Jumat, 29 Agustus 2014

REINTERPRETASI KEBHINEKAAN


REINTERPRETASI KEBHINEKAAN 

( Sebuah Renungan )- 
Oleh: Dian Siswanto** 
Selasa, 26/14



Sejak awal duduk di bangku kuliah, saya mulai tertarik dengan tema-tema kebhinekaan, isu isu plularitas, dan nasionalisme. Mungkin hal ini dilatar belakangi dengan semakin banyaknya berjumpa dengan komunitas lain. Indonesia sendiri termasuk negara yang mempunyai keanekaragaman suku dan budaya yang cukup besar di dunia. Sejauh ini saya baru memahami, bahwa sebuah keanekaragaman merupakan sebuah kesengajaan yang diciptakan Allah dalam kehidpuan manusia, perbedaan kebiasaan(adat), sangat mempengaruhi cara pandang antara satu komunitas dengan komunitas lain, terlebih ketika bertemu antara satu sama lain. Dengan demikian perbedaan merupakan fitrah yang sangat mendasar bagi manusia, maka disini letak betapa perlunya rasa toleransi dan saling menghargai. Namun jika kita renungkan realitanya, terlihat belum sepenuhnya rasa itu tertanam dalam setiap jiwa penduduk Indonesia, rasa fanatik terhadap suku sering berakibat kepada pengabaian bahkan penghinaaan terhadap suku lain, yang juga yang lebih memperhatinkan sampai terjadi perang atas nama suku. Para pendahaulu negara, memang telah berupaya mengantisipasi hal ini dengan membangun filosofis Bhineka Tunggal Ika, sebagai generasi penerus negeri ini kita sangat berterima kasih kepada mereka. Namun disamping itu sebenarnya terdapat tolak ukur yang lebih mendalam untuk sebuah kebhinekaan dalam rangka penyatuan rasa kesamaan, dengan atau tanpa mengkesampingkan kekayaan nilai nilai keragaman adat, budaya suku Indonesia.. yaitu " Ketaqwaan kepada Tuhan" Bhineka Tunggal Ika, sudah seharusnya dibasahih dengan ruh-ruh ketuhanan, sehingga prioritas utama hidup manusia adalah menuju tuhan sebagai tempat keabadian, bukan hanya sebatas hubungan horizontal manusia yang memang selalu mengandung kemungkinan untuk mengndang berbagai konflik. 

Sudah saatnya, kita mulai mengubah makna "berbeda", berbeda bukan seperti kutub utara dan selatan yang tidak bisa dipertemukan, berbeda bukan berarti saling membelakangi, berbeda bukan lagi "loe loe,,gue gue "... TAPI berbeda itu, adalah mengenal, saling memandang, dan menyatu hingga dengan itu kita dapat saling membangun rasa cinta, saling memilki, dan percaya satu sama lain. Allahu 'Alam...


" Wahai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari SEORANG laki laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu SALING MENGENAL, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah orang-orang yang PALING BERTAQWA" ( Al-hujarat : 13 )

Tidak ada komentar: